Ragam Yeoseongbok (Hanbok Wanita) Sepanjang Sejarah Joseon


여러분들 안녕하세요~ 드링킹티입니다~

Setiap kali menonton drama kolosal Korea, SA-GEUK, yang tidak dapat terlepas dari perhatian kita selain gaya bicaranya yang khas, tentu saja adalah pakaiannya yang cantik-cantik. Yap! HANBOK! atau pakaian tradisional orang Han (Han, sebutan "Korea" dalam bahasa mereka). Hanbok memiliki banyak model, style, dan warna yang beragam. Keragaman tersebut ternyata didasarkan pada zaman, kasta, jabatan, serta usia pemakainya.

Kapan orang Korea pertama kali mengenakan Hanbok tidak dapat dipastikan. Namun hanbok telah ditemukan bersama peralatan masyarakat pada zaman Neolitikum. Model atau style hanbok dari waktu ke waktu mengalami perubahan. Pada postingan kali ini, hanya akan dibahas hanbok yang digunakan oleh perempuan selama periode Dinasti Joseon (1392-1910). KHUSUS JOSEON! hehe~


Shin Saimdang, dengan hanbok atasan (jeogori, 저고리) berwarna hijau dan rok (chima, 치마) berwarna coklat krem. (Saimdang Light's Diary, 2017)
 
Hanbok yang dikenakan oleh Lee Young-Ae seperti di atas, adalah hanbok standar yang lumrah kita lihat, karena hanbok tersebut juga masih digunakan hingga saat ini. Hanbok tersebut merupakan hanbok yang populer pada era Joseon pertengahan hingga akhir. (Shin Saimdang sendiri adalah tokoh historis yang hidup pada zaman raja Jungjong pada awal abad ke-16.) Oleh karena itu, hanbok tersebut akan jauh sedikit bahkan jauh berbeda dengan hanbok-hanbok sebelumnya, pada masa awal Joseon. Pada postingan kali ini, kita akan membahas satu per satu hanbok-hanbok perempuan Joseon yang terbagi menjadi dua periode: awal Joseon dan pertengahan-akhir Joseon.

Sebelum negara Joseon didirikan oleh dinasti Jeonju Yi (atau Lee) pada tahun 1392, semenanjung Korea dikuasai oleh dinasti Wang atau biasa dikenal dengan dinasti Goryeo. Dinasti tersebut berdiri pada tahun 668 setelah meruntuhkan dinasti Silla, dan pada tahun 1270 dinasti tersebut dijajah oleh dinasti Yuan (Mongol), dan diruntuhkan oleh Yi Seong-gye dari klan Jeonju Yi. Yi Seong-gye kemudian mendirikan negara dinasti baru, yaitu JOSEON. Nanti saja lain kali kita bahas mengenai sejarah dinasti-dinasti.

Pada masa awal-awal pendirian Joseon, hanbok yang dikenakan oleh rakyatnya tidak langsung berubah seperti hanbok yang biasa kita lihat, atau seperti hanbok Shin Saimdang di atas, tetapi masih menggunakan hanbok periode Goryeo. Hanbok Goryeo juga memiliki dua bagian: atasan dan rok (untuk perempuan). Hanbok gaya Goryeo biasanya disebut dengan goryeoyang (고려양).


Han Hui-jae (My Country, 2019)

Hanbok yang dikenakan oleh Han Hui-jae dalam drama My Country (2019) adalah hanbok yang digunakan oleh perempuan pada periode Goryeo akhir. Hanbok dengan model seperti ini masih digunakan hingga beberapa tahun setelah pendirian negara Joseon.

Min Da-kyung (Six Flying Dragons, 2015)


Boon-yi (Six Flying Dragons, 2015)

Model hanbok yang dikenakan Min Da-kyung dan Boon-yi juga disebut dengan Goryeoyang (고려양). Terdapat banbi (반비) outter setengah lengan. Model seperti ini juga masih digunakan hingga masa Joseon pertengahan.

Jeogori (저고리)
Setelah Joseon berdiri menjadi negara baru dan pemerintahannya berangsur stabil, terutama setelah Yi Bang-won atau raja Taejong naik tahta, penyesuaian “pakaian Joseon” mulai dilakukan. Terjadi sedikit perubahan terutama terlihat pada pakaian perempuannya. Pada masa ini, jeogori (저고리) pada pakaian perempuan Joseon dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis:

1) Dan Jeogori (단저고리) adalah jeogori yang memiliki panjang 50cm. Dibandingkan 2 jenis yang lain, jenis jeogori ini adalah yang terpendek. Pakaian ini disebut juga dengan So-o-ja (소오자) atau Sogo-ui (소고의). Biasanya terdapat motif geumjikdan (금직단) yang menghiasi kerah, ujung kerah hingga ujung bawah jeogori, dan ketiak. Jenis jeogori ini biasanya dikenakan oleh orang-orang bangsawan. Memasuki periode pertengahan Joseon, ukuran jeogori ini menjadi ukuran umum pada pakaian atasan perempuan semua kalangan.

Han Jeong (Queen Insoo, 2011)


2) Jung Jeogori (중저고리) adalah jeogori dengan ukuran panjang menengah atau sekitar 60-70 cm.

Hong Cheon-gi (Lovers of The Red Sky, 2021)

Ratu Won-gyeong (Taejong Lee Bang Won, 2021)

Ratu Soheon (The Great King Sejong, 2008)

Putri Jeongso dan dayang Yi Seon (The Great King Sejong, 2008)


3) Jang Jeogori (장저고리) atau yang berarti Jeogori panjang, memiliki ukuran sekitar 80 cm. Bentuknya mirip dengan Goryeoyang namun sedikit lebih pendek (tidak lagi menutup bokong) dan pergelangan lengan lebih sempit. Model ini juga digunakan oleh semua kalangan, dengan ornamen motif emas sebagai pembeda status sosial. Pakaian ini sering diklasifikasikan sebagai dang-jeogori (당저고리)

Ga-hee (Empire of Lust, 2015)

Jang Jeogori dikenakan oleh selir-selir raja Taejong (The Great King Sejong, 2008)

(The Royal Tailor, 2014)

Pada masa pertengahan-akhir Joseon, jang jeogori mengalami perkembangan menjadi 2 jenis atasan: jeogori, yang ukurannya mulai memendek seperti gambar pertama tadi; serta dang-ui, pakaian istana. Kita akan bahas dang-ui nanti, sesuai urutan periode yaa!~

Jangsam (장삼)  adalah hanbok atasan yang dikenakan oleh perempuan bangsawan pada awal Joseon. Jika jang jeogori memiliki panjang sampai dengan pinggang, jangsam memiliki panjang sampai menutupi bokong hingga ke betis.

Lady Song (ibu ratu Won-gyeong) dan ratu Won-gyeong saat menjadi istri pangeran Jeong-an (later raja Taejong) [atas] Ratu Won-gyeong [bawah] (Taejong Lee Bang Won, 2021)

Dansam (단삼) adalah outter berkerah lingkaran yang biasanya digunakan melapisi jang jeogori. Outter ini memiliki bahan yang sangat tipis sehingga sering kali digunakan saat musim panas.  Model dansam yang dikenakan disesuaikan dengan statusnya. Dansam berornamen naga dan phoenix hanya digunakan oleh ratu dan putri mahkota. Sementara dansam dayang kepala seperti gambar di atas berwarna hijau tua polos sebagaimana warna hanbok sanggung pada umumnya.

Ratu Won-gyeong (The Great King Sejong, 2008)

Dayang kepala (sanggung) memakai dansam dan dayang na-in memakai jang jeogori
(Taejong Lee Bang Won, 2021)

Dang-ui (당의) adalah perkembangan dari model jang jeogori. Beberapa sumber mengatakan, kemunculan model dang-ui pada masa Perang Imjin (perang antara Joseon dan angkatan laut Jepang). Krisis yang terjadi di Joseon membuat kebijakan pengurangan konsumsi sutra, kapas, ditetapkan. Pengeluaran yang berlebihan untuk pakaian sebaiknya dialihkan untuk biaya perang dan kebutuhan pokok rakyat. Oleh sebab itu, ukuran pakaian orang-orang Joseon pun mengecil atau lebih sederhana. Tidak hanya yang terjadi pada dang-ui, tetapi juga ukuran jeogori, yang semula menyentuh pinggang menjadi seukuran dada saja.

Untuk pakaian dang-ui, pakain tersebut dikenakan oleh semua perempuan bangsawan yang masuk lingkungan istanan. Karena terdapat posisi dan status yang berbeda, maka dang-ui memiliki banyak model tergantung pemakainya.

Ratu Im Hwaryeong (Under The Queen's Umbrella, 2022)

Putri Mahkota Kim Sohye (100 Days My Princess, 2018)

Dang-ui ratu (+ ibu suri, dan ibu suri agung) terdapat ornamen sulaman naga bercakar 5 (mengikuti jumlah cakar naga jubah raja). Dang-ui putri mahkota juga memiliki sulaman naga bercakar 4 (seperti jubah putra mahkota). 


Ratu Yoon (Queen Insoo, 2011)

Ratu Dangyeong (Queen For Seven Days, 2015)

Putri dari ratu yang bergelar gongju, Lee Yeon-joo (Joseon Attorney, 2023)


Sejak era Seonjong hingga pertengahan Joseon (sebelum berornamen naga), dang-ui ratu dan putri mahkota juga berornamen dua ekor burung phoenix, sedangkan putri dari ratu (gongju) berornamen satu ekor phoenix dengan hiasan bunga-bunga. Sementara selir dan putri dari selir (ongju) memiliki ornamen bunga.


Selir tingkat 1 (Bin) (Under The Queen's Umbrella, 2022)

Selir tingkat 3 (Soyong) (Under The Queen's Umbrella, 2022)

Dayang kepala (sanggung) dengan dang-ui hijau tua, dayang pengurus dang-ui hijau muda
(Jewel in The Palace, 2003)

Dang-ui sanggung (dayang kepala) dan dayang pengurus tidak memiliki ornamen, polos dengan warna hijau tua dan hijau muda.

Lady Jo (Mr. Queen, 2020)

Setiap perempuan bangsawan baik yang sudah menikah ataupun belum harus mengenakan dang-ui jika memasuki lingkungan istana sebagai tamu. Dang-ui yang dikenakan biasanya polos saja, karena tidak diperkenankan memperlihatkan kemewahan diri di lingkungan keluarga raja.

Sementara perempuan bangsawan dan perempuan kerajaan dengan tingkat 1 hingga 4 mengenakan dang-ui, para dayang istana tingkat 5 ke bawah atau disebut dengan Na-in (나인) mengenakan jeogori saja. Para Na-in biasanya mengenakan jeogori dengan warna giok (hijau pastel kebiruan) dengan garis merah di bagian kerah, ketiak dan pergelangan tangan.

Na-in Seong Deok-im (The Red Sleeve, 2021)

Saenggaksi Seong Deok-im (The Red Sleeve, 2021)

Selain keluarga raja dan dayang istana, ada pula perempuan yang tinggal di istana, yaitu Saenggaksi atau para dayang magang. Dayang-dayang ini belum resmi dilantik sebagai dayang istana dan masih mengikuti masa training. Masa training tersebut biasanya dilalui dari kanak-kanak hingga remaja. Para saenggaksi mengenakan jeogori pink muda dengan rok warna biru.

Peserta gantaek, Yoo Soo-yeon (Flower Crew, 2019)

Hanbok yang digunakan oleh gantaek, atau peserta seleksi calon ratu/putri mahkota adalah jeogori kuning muda dan rok merah muda.

Putri Sohwa (Princess and the Matchmaker, 2018)

Ketika seorang perempuan bangsawan pergi keluar rumah, mereka akan menggunakan pelindung berupa kain jang-ot (장옷) yang biasanya dikenakan di atas kepala seperti gambar tersebut. Kain jang-ot populer di abad ke-17, di mana sebelum digunakan di atas kepala oleh perempuan, jang-ot juga telah digunakan oleh laki-laki sebagai pakaian sehari-hari mereka. Seperti yang bisa kita lihat, kain ini memiliki lengan di kanan dan kirinya, sehingga juga bisa digunakan untuk baju. Jang-ot mulai digunakan sebagai jaket oleh perempuan Joseon pada era akhir Joseon.

Selir Hwang Gwiin (Under The Queen's Umbrella, 2022)

Perempuan bangsawan Joseon juga mengenakan sseuran chima (쓰란치마) sebagai alternatif jang-ot, sebagai penutup kepala saat keluar rumah.

(Queen: Love and War, 2019)

Yoo Seok-ran (Jejungwon, 2010)


Pada era Joseon akhir, jang-ot mulai berangsur-angsur ditinggalkan. Sementara itu, penggunaan durumagi (두루마기) sebagai jaket terutama pada musim dingin mulai dilakukan. Memasuk abad ke-20, setelah moderninasi masuk ke Joseon, terjadi perubahan atau variasi model durumagi, contohnya seperti gambar di bawah ini. Durumagi biasanya digunakan untuk melapisi pakaian model barat yang digunakan selama sekolah. Sementara fungsi jang-ot dan sseuran chima sebagai pelindung kepala digantikan oleh payung berwarna hitam.


Lady Shim / Putri Gyeongsuk (calon ratu Soheon, istri raja Sejong)
(The Great King Sejong, 2008)

Kang Ro-seo (Moonshine, 2021)

Banbi (반비) dan Dabho (답호) atau rompi atau jenis outter atau rompi yang memiliki lengan pendek atau separuh (반) lengan. Jika banbi  memiliki ukuran yang lebih pendeke, dabho memiliki ukuran ynag lebih panjang.

Lady Park (Queen For Seven Days, 2015)

Kang Ro-seo (Moonshine, 2021)

Seong Ja-hyeon (Grand Prince, 2018)

Baeja (배자) atau kwaeja (쾌자) adalah outter atau rompi yang tidak memiliki lengan. Baeja untuk ukuran yang lebih pendek, sedangkan kwaeja berukuran lebih panjang. Baeja dan kwaeja yang mendapat pengaruh dari dinasti Ming menggunakan kancing sebagai penganti tali pita.


Daeryebok (대례복) atau Pakaian Seremonial/Upacara


Jeok-ui (적의) adalah pakaian kebesaran ratu, yang khusus dan hanya dikenakan oleh sang ratu. Pakaian ini biasanya dikenakan ketika penobatan ratu, pernikahan, atau upacara lainnya. Jeok-ui yang dikenakan oleh ratu biasanya berwarna merah atau biru terang. Terdapat perbedaan di antara keduanya, dimana Jeok-ui merah dikenakan oleh ratu dari era Joseon pertengahan hingga Joseon akhir. Sementara jeok-ui warna biru terang digunakan oleh permaisuri kekaisaran Korea atau kekaisaran Han Raya.

Ratu Kim So-yong (Mr. Queen, 2020)

Contoh jeok-ui warna biru terang yang dikenakan oleh ratu seperti dalam drama Mr. Queen. Hanya saja sebetulnya penggunaan kostum tersebut kurang akurat, di mana seharusnya Ratu Cheorin, ratu di era raja Cheoljong masih menggunakan jeok-ui warna merah. Jeok-ui biru terang hanya digunakan oleh permaisuri atau maharani, istri kaisar Korea di tahun 1900-an.

Ratu (Bloody Heart, 2022)

Putri Mahkota (Under The Queen's Umbrella, 2022)

Jeok-ui juga dikenakan oleh putri mahkota, istri putra mahkota. Putri mahkota tersebut menggunakan jeok-ui berwarna biru dongker atau navy. Sama dengan jeok-ui ratu yang senada warnanya dengan jubah raja, putri mahkota juga mengenakan jeok-ui yang senada dengan warna jubah suaminya.

Illustration credited to Glimja

Jeok-ui ratu dan putri mahkota Joseon sebetulnya mengalami beberapa perubahan sepanjang sejarahnya. Jeok-ui jeok-ui di atas adalah yang muncul di era Joseon pertengahan hingga akhir. Sementara jeok-ui yang digunakan pada masa awal berdiri Joseon terdapat perbedaan. Pada masa awal Joseon, jeok-ui tampak seperti jeok-ui biru terang yang dikenakan permaisuri Korea dengan mahkota gaya Goryeo. Kemudian pada masa raja Taejong, Sejong, jeok-ui mengalami perubahan menjadi warna merah dengan mahkota yang lebih kecil dari gaya Goryeo.

Ratu Wongyeong (Six Flying Dragon, 2015)

Ratu Soheon (The Great King Sejong, 2008)

Putri Mahkota dari klan Bong (The Great King Sejong, 2008)



No-ui pada sebelah kiri. Sebelah kanannya adalah hongwonsam. (Jang Ok-jung, 2013)

Hampir mirip dengan jeok-ui. No-ui  (노의), merupakan jeok-ui berwarna merah yang digunakan oleh ratu dan ibu suri pada upacara ritual tertentu. Pada masa awal Joseon, No-ui juga dikenakan oleh selir raja dengan pangkat tingkat 1 hingga 4 (pangkat tinggi), sementara tingkat 5 ke bawah menggunakan wonsam.

Ratu dengan guk-ui kuning (Blooded Palace, 2013)

Ratu dengan guk-ui biru (2005)

Guk-ui (국의) adalah pakaian yang khusus dikenakan oleh ratu dan putri mahkota pada saat upacara chijamrye (upacara memberi makan ulat sutra dengan daun mulberry). Guk-ui yang dikenakan memiliki warna yang sama karena diambil asli dari warna tumbuhan mulberry, yaitu kuning dan biru; warna kuning dari daunnya dan warna biru dari buahnya.

Wonsam (원삼) berupa atasan yang berukuran lebar dan panjang, di mana bagian belakang lebih panjang dibanding bagian depan. Disebut dengan wonsam karena memiliki kerah melingkar (lingkaran = won). Biasanya dikenakan oleh perempuan pegawai istana, kepala dayang (sanggung) serta istri-istri pejabat di istana saat upacara besarWonsam kadang juga digunakan oleh ratu, selir dan putri-putri sebagai soryebok. Wonsam kadang disebut juga dae-ui (대의) atau baju besar.

Wonsam memiliki warna khusus yang menentukan status sosial pemakainya. Wonsam yang berwarna kuning atau hwangwonsam (황원삼) untuk maharani atau ibu suri (istri mendiang raja terdahulu), hongwonsam (홍원삼) yang berwarna merah untuk ratu atau istri raja, jajeokwonsam (자적원삼) warna magenta untuk selir dengan pangkat Bin (tingkat 1 senior), nokwonsam (녹원삼) hijau muda untuk para putri dan istri para pangeran, chorokwonsam (초록원삼) warna hijau tua untuk kepala dayang atau sanggung. Seperti halnya dangui, ornamen pada wonsam juga menyesuaikan status sosial pemakainya. Wonsam milik ibu suri, ratu dan para putri memiliki bordiran di bagian tengah yang disebut bo (보). Bordiran naga atau phoenix hanya digunakan untuk ratu dan putri mahkota, bordiran bunga digunakan oleh para putri dan istri pangeran. Sementara wonsam yang digunakan oleh dayang istana atau pejabat daerah tidak memiliki bo.

 Wonsam kuning untuk Ibu Suri dan merah untuk Ratu, dikenakan saat menyaksikan pernikahan putra mahkota (Under The Queen's Umbrella, 2022)

Jajeokwonsam Jang Hee Bin dikenakan saat penobatan selir tingkat 1
(Jang Ok-jung, 2015)

Wonsam hijau muda Seong Deok-im dikenakan saat pelantikan dayang istana (Na-in)
(The Red Sleeve, 2021)

Dayang istana hanya sekali menggunakan wonsam pada saat pelantikannya. Selain itu, pada saat upacara besar mereka tetap menggunakan jeogori seperti biasanya. Kecuali, setelah mereka dilantik menjadi dayang pengurus atau bahkan dayang kepala.


Lady Min (Six Flying Dragons, 2015)

Lady Seong (Grand Prince, 2018)

Hwarot (활옷) adalah jenis wonsam namun dibanding dengan wonsam biasanya, ukuran lengan hwarot lebih panjang. Biasanya digunakan para putri raja atau istri pangeran ketika mereka melangsungkan pernikahan (bisa disebut juga sebagai pakaian pengantin). Di akhir masa dinasti Joseon, hwarot juga digunakan oleh rakyat biasa sebagai baju pengantin hingga saat ini. Hwarot dikenakan bersama mahkota hwagwan (화관). Biasanya hiasan yang dominan adalah bunga. 

Hwang Myung-shim (Nokdu Flower, 2019)

Sangbok (상복) atau pakaian duka, pakaian berwarna putih rami, yang digunakan oleh keluarga yang berduka saat upacara pemakaman atau selama periode berkabung. Warna polos pucat sangbok menunjukkan kesederhanaan dan penghargaan terhadap mendiang yang meninggal. Dalam perkembangannya, warna sangbok berubah menjadi hitam mengikuti pengaruh budaya barat. Sangbok hitam dikenakan, dan dua tali berwarna kuning atau putih diikatkan pada lengan kiri untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keluarga wali dari mendiang.


Seiring dengan masuknya modernisasi di wilayah Joseon, aturan-aturan berpakaian seperti di atas mulai perlahan ditinggalkan, terutama ketika kasta resmi dihapuskan. Hanbok perempuan Joseon semakin memendek. Hanbok bukan lagi satu-satunya alternatif berpakaian. Banyak perempuan yang kemudian beralih mengikuti mode pakaian Barat sebagai penanda bahwa dirinya telah mengalami modernisasi,


Daftar Pustaka
甲午改革以降の社会・経済的変動
만들이 Vol. 42 (2020). "격식과 실용, 신분 따라 달랐던 조선시대 한복들"
Young-yim, Lee. (2015). ㅎㅂ: The Story of Hanbok. Seoul: Hanbok Advancement Center.
The Talking Cupboard.
Glimja_chat on Twitter


Latest Edited: 26 September 2023